Film ini menceritakan tentang seorang
lelaki bernama Saga yang dalam kesehariannya selalu memakai headphone dan tidak
pernah dilepaskan. Dari mulai makan, dalam perjalanan atau bahkan saat buang
air pun Saga tidak pernah melepas headphonenya itu. Bagi dia dengan
mendengarkan musik maka semua masalah yang dialaminya akan hilang. Karena
selalu asyik mendengarkan musik, sampai - sampai Saga tidak pernah mengetahui
peristiwa apa saja yang terjadi di sekitarnya dan dia tidak peduli dengan hal
itu.
Saga mempunyai kekasih bernama Shilla. Pada suatu ketika Saga ingin mengunjungi Shilla. Saat di perjalanan ada seorang nenek tua yang sedang di rampok dan perampok itu berlari ke arah Saga. Kemudian nenek itu berteriak minta tolong dan mencoba meminta bantuan kepada Saga, tetapi Saga tidak mendengarnya karena lagi asyik mendengarkan musik pada headphonenya itu dan perampok itu pun lolos begitu saja dengan mudahnya. Padahal Saga bisa saja membantu nenek itu. Nenek itu kemudian memarahi Saga, tetapi lagi - lagi dia tidak mendengarnya.
Setelah
sampai di rumah Shilla, Saga mengetuk pintu dan kemudian Shilla keluar dengan
penampilannya yang kacau tidak karuan. Shilla adalah seorang pecandu narkoba. Pada
saat itu Shilla sedang sakau dan sudah tidak kuat lagi untuk menahan diri kemudian
dia masuk ke kamar mandi untuk memakai narkoba. Di kamar mandi Shilla menyuntikkan
narkoba itu ke tangannya secara berlebihan sehingga Shilla overdosis. Shilla langsung
menjerit meminta tolong dan memanggil - manggil Saga, tetapi Saga yang sedang
asyik mendengarkan musik tidak dapat mendengar suara Shilla. Shilla pun tak
terselamatkan dan tewas akibat overdosis. Setelah menunggu beberapa lama Saga heran
mengapa Shilla tidak keluar-keluar dari kamar mandi. Kemudian Saga mencoba
memeriksanya dan ternyata dia menemukan Shilla yang sudah tidak bernyawa di
dalam kamar mandi.
Saga sangat
sedih sekali dan menyesal atas apa yang telah terjadi pada kekasihnya.
Saga pun akhirnya sadar bahwa hidup ini tidak cukup hanya untuk dilihat, tapi juga harus didengar dan hidup bukan hanya sebuah drama pantomim, tetapi hidup adalah sebuah drama dengan semua dialog yang bermakna, dan makna itu tidak hanya terlahir dari mata tetapi juga dari telinga.
Saga pun akhirnya sadar bahwa hidup ini tidak cukup hanya untuk dilihat, tapi juga harus didengar dan hidup bukan hanya sebuah drama pantomim, tetapi hidup adalah sebuah drama dengan semua dialog yang bermakna, dan makna itu tidak hanya terlahir dari mata tetapi juga dari telinga.